Beranda | Artikel
Hanya Allah yang Berhak Disembah (02)
Senin, 22 Mei 2017

Baca penjelasan sebelumnya: Hanya Allah yang Berhak Disembah (1)

Para Wali Tidak Berhak untuk Disembah

Pada masa sekarang ini banyak kita jumpai kaum muslimin yang di satu sisi, mereka menunaikan shalat, berpuasa, dan menjalankan seluruh rukun Islam. Namun di sisi lain, mereka juga terbiasa berdoa kepada selain Allah, bertawassul kepada para wali, dan meminta kemuliaan kepada mereka. Mereka juga memiliki keyakinan bahwa para wali bisa mendatangkan manfaat atau menolak bahaya. Marilah kita memperhatikan kondisi makam para wali di Indonesia, khususnya di pulau Jawa. Banyak di antara peziarah yang meminta berkah kepada kubur para wali, berkeliling di sekitarnya, bernadzar untuknya, dan menjadikan mereka sebagai perantara kepada Allah Ta’ala.

Padahal Allah Ta’ala telah mengingkari anggapan mereka itu dalam firman-Nya,

أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ (191) وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ (192)

”Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tidak dapat menciptakan sesuatu apapun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan manusia. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiri pun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.” (QS. Al A’raf [7]: 191-192)

Kalimat tanya dalam ayat tersebut bertujuan untuk mengingkari perbuatan kaum musyrikin. Maksudnya, perbuatan syirik tersebut adalah kebatilan. Buktinya, para wali itu tidak mampu menciptakan sesuatu apa pun. Mereka adalah makhluk yang lemah. Adapun yang berhak atas berbagai jenis ibadah adalah Yang Maha mencipta, yaitu Allah Ta’ala. Lalu bagaimana mungkin sesuatu yang lemah –yaitu para wali yang telah meninggal- disamakan dengan Yang Maha kuasa atas segala sesuatu -yaitu Allah Ta’ala? Bagaimana mungkin makhluk disamakan dengan sang Khalik (Pencipta)? Maka seluruh sesembahan dengan segala jenisnya, baik itu batu, pohon, makam para wali, malaikat, para Nabi, atau orang-orang shalih semuanya memiliki sifat ini, yaitu tidak mampu menciptakan sesuatu apapun.

Para wali yang telah meninggal dan dimakamkan dalam kubur itu juga terbukti tidak mampu menyelamatkan diri mereka dari kematian dan juga dari alam kubur dengan segala yang ada di dalamnya. Mereka disibukkan dengan urusan dirinya sendiri, bisa jadi mereka sedang diadzab atau mendapat nikmat. Mereka juga tidak mampu mendengar doa para pemujanya.

Buktinya lagi pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, seandainya sesembahan kaum musyrik Quraisy yang merupakan para wali yang shalih -seperti Wadd, Suwa, Yaghuts, Ya’uq, maupun Nasr- itu mampu menolong para penyembahnya, maka kaum musyrikin tidak akan kalah dalam perang Badar, perang Ahzab, dan mereka juga tidak akan menyerah pada waktu Fathul Makkah. Adapun kaum mukminin, mereka mendapatkan pertolongan dari Allah Ta’ala. Padahal jumlah kaum muslimin pada waktu perang Badar hanya berjumlah 300-an orang dan itu pun tidak membawa bekal dan senjata yang cukup. Sedangkan kaum musyrikin berjumlah lebih dari seribu dengan senjata yang lengkap. Maka apakah sesembahan mereka dari kalangan para wali dan orang-orang shalih itu mampu menolong mereka? Sekali-kali tidak! Hendaklah hal ini direnungkan oleh para penyembah kubur wali dan orang-orang shalih di Indonesia dengan pikiran yang jernih.

Pada Hari Kiamat, Sesembahan Mereka Itu akan Berlepas Diri dari Para Penyembahnya

Allah Ta’ala berfirman,

إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ (166) وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ (167)

”(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan orang-orang yang mengikuti berkata,’Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami’. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi penyesalan bagi mereka, dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS. Al Baqarah [2]: 166-167)

Ini adalah berita dari Allah Ta’ala tentang kondisi kaum musyrikin pada hari kiamat agar mereka bertaubat kepada Allah Ta’ala. Merupakan rahmat Allah yang telah memberitakan kepada kita semua bahwa barangsiapa yang menyembah selain Allah, maka sesembahannya itu akan berlepas diri dari mereka pada hari kiamat. Maka perhatikanlah peringatan Allah ini. Karena ketika Allah –Yang Maha mengetahui- memberitakan sesuatu, maka sesuatu itu pasti terjadi. Adapun ucapan para penyembah kubur wali yang mengajak untuk beribadah kepada para wali, dengan mengatakan,”Di makam mereka ada berkah, di makam mereka ada ini, ada itu …”, maka semua itu hanyalah bohong semata. Jangan membenarkan dan mempercayai ucapan mereka.

Kita memohon kepada Allah agar memperbaiki keadaan kaum muslimin, memberi mereka pertolongan untuk berpegang kepada agama-Nya yang lurus serta mampu mempraktekkannya dan dijadikan sebagai pedoman dalam hidupnya. Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu.

***

Daftar Seri Artikel:

  1. Hanya Allah yang Berhak DIsembah (1)
  2. Hanya Allah yang Berhak DIsembah (2)

Disempurnakan di sore hari yang cerah, Rotterdam NL 16 Rajab 1438/13 April 2017

Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,

Penulis: M. Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.or.id

🔍 Ayat Alquran Tentang Alam Gaib, Pelajaran Agama Islam, Takbir Idul Fitri Berapa Hari, Allah Akan Mengganti Yang Lebih Baik, Amalan Tolak Bala


Artikel asli: https://muslim.or.id/29999-hanya-allah-yang-berhak-disembah-02.html